Story
Aku masih ingat betapa keras tawamusaat kita berlari diderasnya hujan atau saat kita mengejar layang-layang yang jatuh atau saat aku mengambil mangga dari pohon didekat rumahku, kau bilang, wah kamu jago memanjat seperti ipus, hahahaha tawamu keras sekali dan sampai sekarang tetap bergema dalam kepalaku
Aku masih ingat betapa indahnya senyumanmu disaat aku memberikan sebotol air minum dan nasi goreng bekalku karna kamu melupakan uang jajanmu kamu bilang, kamu lapar, dan berhasil selamat karenaku, senyummu indah sekali bahkan sampai sekarang aku tak tahu cara untuk melupakannya.
Aku masih ingat betapa bahagia terpancar dari matamu, disaat kita berhasil lulus dari SMP yang sama, meskipun nilai matematikamu 9 dan nilai bahas inggrisku 8. Kau bilang, kita sudah melakukan yang terbaik, dan ini hasilnya. Kejujuran adalah jalan yang selalu kau pilih dan aku begitu menghormatinya meskipun kunci jawaban sudah ditanganku saat itu.
Aku masih ingat kita terpisah dikelas yang berbeda sulit bagiku mengawasimu dari dekat tak seperti yang lalu-lalu. Aku anak IPA dan kamu memilih IPS, Bukan kau tidak bodoh karna memilih jurusan IPS seperti yang dikatakan beberapa orang diluar sana. Kau sangat pintar dan memilih jalan yang tepat. Tak pikir gengsi, hanya masa depan diri. Katamu, suatu hari ingin kuliah dijurusan psikologi. Aku masih ingat semuanya. Matamu mengatakan segalanya
Aku masih ingat 3 tahun akhirnya berlalu Masa SMA sudah selesai, kini saatnya membangun diri menjadi lebih matang lagi. Kau bilang padaku kau menemukan cinta monyet ala-ala anak SMA yang bikin senang kesengsem tak karuan. Tapi, tak ada yang sebaik aku yang selalu menemani masa senang dan sulitmu.
Eh, Apa secara tak langsung kau sedang bilang cinta padaku??? Ah, mungkin hanya perasaanku saja
Aku masih ingat, kau memilih jurusan Psikologi dan aku Sistem Informasi, kampusku di seberang kampusmu, dan butuh perjuangan untuk mengejar kelas selanjutnya disela waktu kosong agar kita tetap bisa makan siang bersama dan aku tetap bisa melihat senyuman indahmu. Tapi aku sempat melihatmu berduaan dengan senior kampusmu. Dia gagah dan rupawan, Siapa dia itu??? Aku tak pernah tahu yang jelas saat itu wajahmu terlihat malu-malu. Aku tak pernah ingin tahu perasaanmuwaktu itu. Yang berlalu biarlah berlalu.
Kini, sudah 10 tahun sejak aku kehilanganmu, kehilangan sosok sahabat kecilku. Di koridor itu, kau bilang kau tak pernah bisa mengaggapku lebih dari sahabatmu. Sementara aku berdiri dengan seikat bunga dibelakang punggungku, Hanya bisa menunduk dan tergugu. Kau tak pernah menginginkanku, dan inilah saatnya aku berhenti menjaga kesayanganku.
4 tahun setelah kelulusanmu, kau memilih menghentikan semua urusanmu denganku. Bahkan menatap sedikit pandanganku kau tak lagi mau. Kau memilih untuk bekerja jauh-jauh dan memutus segala pertemanan dikota lamamu. Kau memilih melupakan masa lalu dan membuat masa depan baru. Aku tidak akan pernah bisa ataupun berhasil mencegahmu karna itu adalah pilihanmu.
5 tahun lalu kuterima sepucuk undangan darimu. Tertulis namamu dan nama pria yang tak pernah kukenali latar belakangnya.
Bagimu, dia segalanya tapi bagiku kaulah segalanya. Kusimpan undangan itu diatas surat cintaku dulu, yang tak jadi kuberikan padamu saat kita masih kelas 1 SMA
Bila kau bertanya keadaanku
Aku sangat baik
Bahagiamu selalu mampu menggerogotiku
Semuanya masih sama. Aku tetap cinta.
Komentar
Posting Komentar