Dark Poetry
karena puisiku bukan seperti puisi.
ia bahkan terlihat seperti kata-kata dari seorang pemurung yang benci akan sebuah kehidupan dan cinta.
ia gelap, hitam, biru lebam. suatu warna yang tak akan pernah menunjukkan sebuah kebahagiaan.
ia tak mati-mati meski telah terbakar habis, bahkan malah makin menjadi-jadi.
merambah ke segala arah mencari lembaran-lembaran kertas hitam kosong.
mengontraskan warnanya, menyatu dengan kegelapan.
sesekali memandang dan memanggil-manggil, memaksaku mengingat kenangan pahit.
kalau bukan tentang asa, mungkin aku sudah gila dibuatnya.
bagaimana bisa puisi itu berbicara seakan-akan dia manusia.
tapi, inilah kenyataannya. puisi akan tetap hidup meski waktu telah berganti. atau seseorang yang kau puisikan itu telah pergi ataupun kau sudah tidak ada lagi didunia ini.
baiklah, untuk saat ini sudah kuputuskan. aku akan berhenti mempuisikanmu, sayang.
karena mempuisikanmu terlalu menguras banyak energi, melelahkan sekaligus menghantui.
aku akan menulis untuk diriku sendiri.
agar kelak jika aku mati, jiwaku akan ber-reinkarnasi ke dalam puisi yang kubuat sendiri.
dengan begitu, aku tidak bisa disebut mati. aku abadi, dalam puisi.
#Diketik kembali dengan beberapa perubahan
Komentar
Posting Komentar