Deklarasi
Kata temanku, aku harus bergegas menemuimu.
sepulang sekolah, aku menunggumu di depan gerbang yang biasanya kau lewati.
Kata temanku, aku harus mendeklarasikan perasaanku perihal rasa padamu yang
membellengu.
Kata temanku, wanita sangat menyukai pria yang jujur pada dirinya sendiri maupun orang lain.
Kepalaku menunduk.
Bibirku bergetar.
Tangan yang ada didalam saku celanaku, seraya mengepal dengan sekencang-kencangnya.
"Aku menyukaimu."
Suaraku terbata-bata.
Cepat sekali, sampai-sampai aku tidak sadar apa yang baru saja aku ucapkan.
Mataku terpejam.
Aku hanya berharap
Saat ini juga kamu akan mengatakan hal yang sama.
Ada kilatan terkejut dimatanya
Dia terdiam, sejenak kemudian
"Maaf aku tidak bisa memberimu jawabannya sekarang."
Setelah mengatakan itu
Dia pergi berlalu tanpa menatapku.
Mataku hanya melihat rambut panjang yang tergerai dibalik punggungnya.
"Aku harap besok dia akan memberiku jawabannya."
"Aku harap ini yang terbaik."
"Yap, aku sudah melakukan semuanya."
Mendeklarasikan perasaanku padamu.
Esoknya, mata itu tak pernah melihatku lagi.
Mata kita tak pernah bertemu lagi.
Biasanya saat-saat seperti ini kau bercerita tentang bosannya pelajaran fisika juga matematika
yang kau benci itu.
Atau kau menceritakanku tentang bekal apa yang kau bawa di hari ini.
Tapi hari ini tidak,
Besok tidak,
Besoknya juga tidak.
Besoknya juga tetap sama
Setelahnya aku terlihat seperti orang asing dimatanya.
"Ah, Ternyata temanku pembohong."
-diketik kembali dengan beberapa perubahan-
sepulang sekolah, aku menunggumu di depan gerbang yang biasanya kau lewati.
Kata temanku, aku harus mendeklarasikan perasaanku perihal rasa padamu yang
membellengu.
Kata temanku, wanita sangat menyukai pria yang jujur pada dirinya sendiri maupun orang lain.
Kepalaku menunduk.
Bibirku bergetar.
Tangan yang ada didalam saku celanaku, seraya mengepal dengan sekencang-kencangnya.
"Aku menyukaimu."
Suaraku terbata-bata.
Cepat sekali, sampai-sampai aku tidak sadar apa yang baru saja aku ucapkan.
Mataku terpejam.
Aku hanya berharap
Saat ini juga kamu akan mengatakan hal yang sama.
Ada kilatan terkejut dimatanya
Dia terdiam, sejenak kemudian
"Maaf aku tidak bisa memberimu jawabannya sekarang."
Setelah mengatakan itu
Dia pergi berlalu tanpa menatapku.
Mataku hanya melihat rambut panjang yang tergerai dibalik punggungnya.
"Aku harap besok dia akan memberiku jawabannya."
"Aku harap ini yang terbaik."
"Yap, aku sudah melakukan semuanya."
Mendeklarasikan perasaanku padamu.
Esoknya, mata itu tak pernah melihatku lagi.
Mata kita tak pernah bertemu lagi.
Biasanya saat-saat seperti ini kau bercerita tentang bosannya pelajaran fisika juga matematika
yang kau benci itu.
Atau kau menceritakanku tentang bekal apa yang kau bawa di hari ini.
Tapi hari ini tidak,
Besok tidak,
Besoknya juga tidak.
Besoknya juga tetap sama
Setelahnya aku terlihat seperti orang asing dimatanya.
"Ah, Ternyata temanku pembohong."
-diketik kembali dengan beberapa perubahan-
Komentar
Posting Komentar