Depresi
Tidak ada yang tahu apa yang kurasakan, tiap hari dipaksa bangun dan melakukan kegiatan yang tidak aku suka. Tahukah mereka jika tiap pagi aku tidak sanggup mandi? Berusaha setengah mati agar mampu menyeret diri ke kesibukan yang mereka buat sendiri.
Hari ini masih sama, mataku masih sama lelahnya. Wajahku masih sama muramnya. Bahkan temanku yang biasanya kusapa
tak kuhiraukan.
Sebenarnya aku
bertanya-tanya, bagaimana seseorang bisa sebegitu ceria?
Setiap hari selalu aku menyapa temanku dan entah kenapa selalu saja aku mencoba terlihat bahagia. Aku juga Selalu bertanya ke temanku bagaimana kabarmu hari ini? bagaimana kondisimu? Dan sebagainya
Tapi entah kenapa beberapa hari ini aku tidak lagi berminat untuk melakukannya Aku berlalu begitu saja dari mereka, kata
teman-temanku sungguh aku kelewat ceria dan itu makin membuat hidupku sengsara.
Aku masih sama. Dengan baju yang belum berniat kucuci meski sudah lama kupakai.
Aku ingin dunia setidaknya melihatku, mengerti akan keadaanku.
Aku ingin dunia tahu jika aku rapuh.
Tuntutan dunia perkuliahan tidak ada habisnya, kepalaku seperti mau pecah. Minggu ini aku sudah sekali absen dengan alasan sakit, tetap saja mereka tak peka, tak mengerti jika hidupku rumit.
Depresi, aku depresi.
Bahkan sekarang tidak ada yang menyapaku lagi. Pagi tadi aku tak menemukan orang aneh yang biasa menyapaku itu, jujur saja, ya dia membuatku merasa lebih dihargai. Sedikit lebih dihargai.
Aku masih murung dan merenung, aku adalah orang paling menderita dalam diam dan pencitraan. Mana mereka yang seharusnya peduli tentang apa yang kurasa? Sudah banyak sekali tanda, dan mereka masih saja tak ada yang peka.
Ponselku berbunyi, sebuah pesan masuk. Sebuah pengumuman masuk;
"Telah meninggal dunia, saudara kita yang paling ceria. Ia bunuh diri, segera berkumpul untuk bersama-sama ke rumah duka."
—diketik dengan beberapa perubahan
Depresi kadang tak seperti yang kamu kira, wajahnya selalu berbeda-beda
Komentar
Posting Komentar