Temanku
Hujan pagi ini baru saja berakhir
digantikan oleh indahnya pelangi yang menyusupi
celah-celah awan,
Terlihat indah sekali
sekaligus cantik menawan
Wangi tanah basah menentramkan hati siapa saja yang menghirupnya
Di balik bukit, di antara
rumah-rumah yang berjejeran
muncul Anak muda yang Baru saja bangun dari tidurnya
Mukanya kusam ah tampaknya dia muram
Dipusingkan persoalan hidup
Yang membuatku pusing
Katanya pelan
Ah, aku tahu dia tertekan
Perihal pekerjaan, identitas dan orientasi diri
Semuanya menyebalkan
Kemana orang sepertiku harus mencari perlindungan ketika dirimu saja tak akan pernah diakui undang-undang?
Kemana diriku harus mencari pekerjaan ketika masyarakat hanya memandangmu
sebagai makhlukh rendahan?
Aku tidak bisa bekerja kasar tapi Aku juga tidak akan pernah bisa bekerja kantoran
hanya karna terganjal masalah identitas dan penampilan
Curhat temanku dengan penuh pengharapan
Ah, jangankan untuk bekerja untuk bisa melanjutkan sekolahpun terlalu menyiksa
Dengan banyaknya rentetan hujatan yang harus dia terima
Temanku tidak pernah diberi pilihan
Akhirnya dengan terpaksa
Temanku bekerja ditempat pelacuran
Ah, ironis sekaligus menyedihkan
Mereka yang mengaku beriman
justru mencaci, mengutuk dan meneriakan kebencian
sekaligus bertindak seolah2 mereka adalah tuhan yang dengan seenak jidatnya
Mereka melabeli temanku berdosa
Temanku tidak lagi dianggap manusia
Ah, mungkin Dimata mereka
Bhineka tunggal ika sudah tidak lagi ada
Atau memang tidak ada tempat untuk temanku yang berbeda?
Bukankah ini juga tanah airnya?
Aku sering bertanya tentang bagaimana nasib
orang seperti temanku pada akhirnya?
Aku selalu berharap suatu saat
Aku bisa memberikan temanku pekerjaan
Sesuai yang dia harapan
Bukan hanya cacian makian dan hujatan tanpa makna
Yang hanya dianggap temanku angin lalu saja
Karna perasaan hati manusia itu rumit dan sulit
Tapi entah kenapa cover tetap
Yang dihargai walaupun itu tak pernah pasti!
Komentar
Posting Komentar